Rabu, 23 Mei 2012

Motivasi



Antara sungguh – sungguh dan sukses itu tidak bersebelahan tapi ada jarak . Jarak ini bisa hanya satu sentimeter bahkan bisa juga ribuan kilometer. Jarak bisa ditempuh dalam hitungan detik, tapi juga bisa puluhan tahun.
Jarak antara sungguh – sungguh dan sukses hanya bisa diisi dengam sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung. Sabar yang bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan seakan – akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan. Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa, dan sabar yang berlebih – lebih.
Bagaimanapun tingginya impian, dia akan tetap wajib dibela habis – habis dan walau hidup sudah digelung oleh nestapa akut. Hanya dengan sungguh – sungguhlah jalan sukses terbuka. Tapi hanya dengan sabarlah takdir itu terkuak menjadi nyata. Dan Tuhan selalu memilihkan yang terbaik dan paling kita butuhkan. Itulah hadih Tuhan buat hati yang kukuh dan sabar.
Sabar itu awalnya terasa pahit, tapi akhirnya lebih manis daripada madu. Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung ^_^

Dikutip dari Novel Ranah 3 Warna.

Kamis, 17 Mei 2012

Cerita Rakyat


Bunga Emas


Di atas langit terdapat kerajaan bernama Ambaramadya, diantara dewa – dewa yang menghuni, yang terkenal adalah Dewi Ratih, selain cantik parasnya, ia juga pintar mendidik anak. Dewi Ratih mempunyai tiga anak yaitu Sang Eka, Sang Jala dan Sang Resi. Setelah dewasa Dewi Ratih ingin mereka hidup mandiri.
                Kini mereka telah dewasa, sebelum Dewi Ratih mlepasnya, Dewi Ratih meminta mereka agar mencari pengalaman untuk bekal hidup. Akan tetapi mereka menuntut bekal , Dewi Rataih pun menyetujuinya. Sang Eka memint a padi  karena ia ingin menjadi petani. Kemudian Sang Jala meminta sapi karena ia ingin menjadi peternak. Sedangkan Sang Resi ingin mati tidak sia – sia maka ia meminta kekebalan dan kesakstian.
                Mereka dikirim secara bergantian. Yang pertama Sang Eka. Sesampainya di bumi Sang Eka mengerjakan sebidang tanah di pinggir sungai dengan tangana dan kakinya sendiri. Suatu hari, banjir datang. Air sungai meluap, tanaman padi pun tumbang. Untuk mencegahnya lagi ia membuat bendungan dengan batang pohon. Namun tetap saja airnya meluap. Akhirnya ia  membuat bendungan dengan tubuhnya sendiri. Saat itu juga Dewi Ratih datang. Dewi  Ratih bangga dengan pengorbanan Sang Eka demi padi. Dewi Ratih pun mengajaknya  pulang dan meninggalkan padi untuk penduduk.
                Giliran Sang Jala, ia membawa induk sapid an anak sapi. Saat ia lapar, ia ikut meminum susu sapi. Sesaat kemudian, Dewi Ratih datang dan berkata bahwa Sang Jala telah melanggar janji, maka ia belum diperbolehkan pulang. Saat ia mencari makan di semak – semak, matanya terkena getah pohon, akhirnya buta. Malamnya, ia sadar sapinya belum pulang. Ia pun mencarinya sampai jatuh ke jurang. Saat itu juga, Dewi Ratih muncul. Ia bangga dengan Sang Jala karena kemauan kerasnya untuk mencari sapinya. Kini saatnya Sang Jala untuk kembali ke kerajaan.
                Tiba saatnya, Resi turun ke bumi. Selama mengembara ia tidak bertemu dengan halangan. Dewi Ratih seketika datang dan meminta Sang Resi meminjam bunga emas pada Dewi Narawati di surga.  Sang Resi pun bersedia.
                Namun karena dia tidak tahu jalan, ia meminta petunjuk dari sapi. Sapi pun memberi  arah, dengan syarat ia mau memakan kotorannya. Sang Resi pun setuju. Sesampainya di surge ia berhasil meminjam bunga emasnya.
Dalam perjalanan pulang, bunga  emasnya sempat direbut oleh Naga Taksala. Berkat keberanian Sang Resi melawan Naga di dalam goa, akhirnya bunga emas pun dapat ia rebut kembali. Ia pun menyerahkan bunga emasnya kepada Ibunya. Dewi Ratih yang semakin cantik itu semakin gembira dan bangga dengan anak – anaknya yang sudah mandiri.
               
               

Kasihmu Ibu


Kasihmu Ibu

Wajah seri menyinari
Halus belaian tanganmu
Lelap pulas tidurku
                      Hiraukan dingin malam
                      Laksanakan pengapdian illahi
                      Harap aku jadi orang nanti
Kasihmu Ibu…
Jasamu Ibu….
Tak akan sirna kapanpun nanti…

Tangisan Hijau


Tangisan Hijau

Konon, aku lebat, kokoh, pelindung bagi hidupmu
Iya, sebelum ulahmu
Kini kau tebangi aku satu persatu
Kau jadikan bangunan, almari, meja, kursi, kebutuhan hidupmu
Lahanku kau jadikan plaza atau lahan pertanianmu
Tanpa kau ganti penerus hidupku kelak
Tanpa kau pikir hidupmu kelak tanpa aku….
                        Apabila kau ingin aku melindungimu kembali
                        Maka…
                        Sayangilah aku
                        Maka aku akan menyayangimu
                        Apabila kau lagi – lagi merusakku
                        Maka akan kurusak hidupmu